Sejarah Desa Uteran - .

Breaking

Cari Berita

24.1.17

Sejarah Desa Uteran

Kepala Desa Uteran

AENEWS9.COM| Madiun -.Berbicara mengenai asal nama Desa Uteran, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, tidak bisa dilepaskan dari jaman pra sejarah sampai jaman penjajahan.

Desa Uteran yang masuk dalam wilayah Kabupaten Madiun, sudah didiami suatu masyarakat yang mempunyai peradaban yang tinggi. Dikarenakan Madiun merupakan wilayah yang subur, banyak dialiri sungai besar dan kecil seperti Bengawan Madiun, Kali Gandong, Kali Catur dan lainnya.
  
Hal ini telah dibuktikan dengan pernah diketemukan Artefak benda bersejarah di Desa Uteran, yaitu Prasasti Mruwak, di Desa Mruwak, Kecamatan Dagangan, Batu Lingga di Desa Sangen, Kecamatan Geger, Situs Ngurawan di Desa Glonggong, Kecamatan Dolopo, Batu Lesung berangka 249, dan Arca Durga berangka tahun 1338 tahun Saka (kedua benda tersebut berada di musium Gajah, Jakarta).

Geogarafis Desa Uteran yang tidak memiliki pegunungan dan sebagian besar dataran rendah, letak Desa Uteran diantara empat (4) Desa lain dengan ketinggian 220m diatas permukaan laut. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Nglandung, sebelah timur berbatasan dengan Desa Dagangan, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pagotan, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jatisari.
    
Melihat Geografis Desa Uteran yang seperti itu, Penjajah Belanda ingin mendirikan perkebunan atau pengelolaan hasil perkebunan, pada tahun 1884 NV COOY COOSTERN VAN VOORH, mendirikan Pabrik Gula Pagotan di utara Desa Uteran.

Lokasi yang memenuhi syarat untuk sebuah pabrik, karena terletak di tepi jalan yang dapat memudahkan pengangkutan bahan baku produksi. Selain itu lokasinya yang bersebelahan dengan sungai dipakai untuk kegiatan pabrik.

Kepala Desa Uteran, SURYONO, S.H. mengatakan, menurut cerita pitutur pini sepuh dahulu, ada seorang yang bernama EYANG MARSANGIT, tidak diketahui siapa beliau tersebut, apakah seorang bangsawan kerajaan, penyebar agama atau prajurit kerajaan. Eyang MARSANGIT berhasil membuka hutan untuk dijadikan pemukiman serta mendirikan pemerintahan desa pada tahun 1789. Beliau menjabat pemimpin Desa tersebut selama kurun waktu 70 tahun lamanya. Beliau wafat dan dimakamkan di areal Masjid Jami' kompleks pondok MMA Uteran.

Masih menurut Kepala Desa Uteran, sejarah yang diceritakan para pini sepuh, bahwa saat laskar Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan terhadap tentara kompeni Belanda, laskar Diponegoro menggunakan strategi berkeliling (muter-muter bahasa jawa) maka Desa tersebut dinamakan Uteran, Belanda mengetahui strategi laskar Diponegoro tersebut yang berputar-putar /berkelilimg, Belanda menggempur dengan kekuatan lebih kuat lagi dan terjadilah pertempuran yang dahsyat.

Pasukan Diponegoro kocar-kacir digempur pasukan Belanda yang dipimpin Capitan Zaaz hingga bergulingan kearah barat dan akhirnya selamat. Daerah tersebut dinamakan GULINGAN (asal kata ngguling-ngguling) yang menjadi wilayah Desa Uteran saat ini.

Ditambahkan SURYONO, S.H. pada masa tersebut ada seorang sesepuh yang bernama Eyang MAKHALI, yang diperintahkan oleh Sri Sultan Mangkubumi I, dari keraton Ngayokjokarto Hadiningrat, untuk membentuk wilayah Onderan (kecamatan) di Wilayah Madiun Selatan yaitu Geger, Kebonsari, Dolopo, Dagangan.

Setelah terbentuk 4 (empat) wilayah tersebut, Eyang MAKHALI diangkat menjadi WEDONO (pembatu Bupati) di wilayah itu.
  
Periodesasi silsilah Pemerintah Desa Uteran sendiri sudah dipimpin enam belas (16) Bekel/Kepala Desa, yaitu:

1.   Eyang MARSANGIT Tahun 1789 - 1859
2.   Eyang MURDOKO Tahun 1859 - 1884
3.   Eyang WARDOYO Tahun 1884 - 1887
4.   Eyang NGALEREDJO Tahun1887 - 1890
5.   Eyang MUSTAHAL Tahun 1890 - 1891
6.   Eyang NGALIMUNDO Tahun 1891 - 1904
7.   Eyang MUSKAHAR Tahun 1904 - 1911
8.   Eyang DIKIN Tahun 1911 - 1914
9.   Eyang SONTO Tahun 1914 - 1921
10. Eyang SOIDJOJO Tahun 1921 - 1922
11. Eyang IMAM REDJO Tahun 1922 - 1940
12. Eyang MARTO ASIIR Tahun 1940 - 1968
13. Bapak SOEPARMAN Tahun 1968 - 1990
14. Bapak SAMUDJI Tahun 1990 - 1998
15. Bapak LATIEF Tahun 1998 - 2008
16. Bapak SURYONO, S.H. Tahun 2008 sampai sekaramg.

Penulis : Zainul Mursidin