Nurabadi Sukses Padukan Peternakan dan Pertanian - .

Breaking

Cari Berita

6.4.21

Nurabadi Sukses Padukan Peternakan dan Pertanian


AENEWS9.Com, Madiun- Di saat kebanyakan eks TKI , yang pulang kampung acapkali gagal memanfaatkan uang yang dikumpulkannya selama  kembali lagi menjadi TKI padahal usia sudah tidak memungkinkan.Yang membedakan adalah pengalaman, pola pikir dan keimanan. Cerita hidup itu layaknya seperti dongeng .  


Tidak demikian dengan Nurabadi warga Desa Sumberjo kecamatan Geger Kabupaten Madiun yang juga pernah menjadi TKI eks Korea itu justru memilih menjadi petani  dan peternak untuk membantu  dan memajukan pertanian di desanya.


Bertani dan berternak  menjadi pilihan dalam menjalani hari-hari setelah tidak ingin kembali menjadi TKI .


"Waktu itu saya berpikir, kalau saya terus menjadi TKI  dengan sistem kontrak, nanti kalau habis kontrak dan tidak diperpanjang, saya ‎bingung karena usia juga terus bertambah. Saya juga ingin sukses tanpa harus terus menjadi TKI lagi.Dengan bermodal beberapa ekor sapi dirinya mencoba memulai memelihara dan memutuskan belajar berternak  sapi.


"Saya masih sangat awam untuk dikatakan sebagai  peternak sapi,saya terus belajar kepada yang sudah ahlinya,ini motivasi saya yang bulat menjadi peternak setelah tidak lagi menjadi TKI," ucap Nur Abadi merendah.


Sebelum berternak sapi Nurabadi seperti kebanyakan orang desa, pada umumnya juga seorang petani.

dirinya prihatin ketika saat  masa tanam dan masa pemupukan, pupuk selalu langka hingga petani kesulitan untuk mendapatkan pupuk.Berangkat dari keprihatinan tersebut dirinya berpikir bagaimana kebutuhan pupuk untuk tanaman padinya bisa tercukupi  dan tersedia tanpa tergantung pupuk kimia yang ketersediaannya selalu langka.

Dari situ Nurabadi mulai timbul gagasan untuk memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi miliknya untuk diolah menjadi pupuk Nur Abadi mulai belajar  menerapkan budidaya padi dengan sistem pertanian organik.  Dirinya yang juga  merupakan salah satu pengurus kelompok tani   yang mulai mengolah  tanaman padi secara organik,apalagi dirinya pernah mengikuti progam pelatihan dari dinas pertanian Kabupaten  yaitu progam   Manajemen Tanaman Sehat (MTS).Berbekal ilmu yang didapat dirinya mulai mengaplikasikan di bidang peternakan dan pertanian yang di geluti saat ini.


Nurabadi menceritakan bagaimana kotoran sapi diolah menjadi pupuk, yang pertama kotoran sapi dibiarkan mengering dan menguap agar gas dan baunya hilang lalu di campur kapur dolomit dan cairan EM4.Proses ini bisa berjalan tiga hari lalu ditimbun terlebih dahulu.Setelah kering dilakukan pengkondisian terlebih dahulu agar tak menggumpal. Nurabadi menerangkan satu-satunya kendala yang dihadapi dalam pengolahan pupuk organik cuaca hujan. Pasalnya, proses pembuatan pupuk organik dipastikan membutuhkan waktu lebih lama lantaran basah.

Dengan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk, Nurabadi kini tak lagi tergantung pada pupuk kimia dalam mengolah lahan pertaniannya.Tansman padinya terlihat hijau segar dan bulir-bulir padi mulai terisi padat.


Saat ini dilahan nya juga mulai ditanami ratusan bibit pohon pisang ukuran 45 cm dari dua jenis pisang yaitu

pisang Rojo temen dan candevis yang terlihat subur perkembangannya, semua berkat pupuk organik yang diolah dari kotoran sapi.


Nurabadi juga mengajak petani desanya untuk menggunakan pupuk organik agar tidak tergantung pada pupuk kimia.Disamping  memanfaatkan kotoran sapi menjadi pupuk organik, Nur Abadi juga menunggu hasil dari penggemukan sapi yang sudah di kelola selama ini ,dimana saat idul qurban nanti siap panen( ZM)