Buku “Gerakan Pokok Seni Kethek Ogleng Pacitan”, Belajar Mudah Kethek Ogleng Pacitan - .

Breaking

Cari Berita

16.11.21

Buku “Gerakan Pokok Seni Kethek Ogleng Pacitan”, Belajar Mudah Kethek Ogleng Pacitan


AENEWS9.COM
|| Pacitan,- Puji syukur Alhamdulillah atas segala kemudahan dan kemuraha-Nya, tim penulis telah menyelesaikan satu judul buku.  Buku dengan judul “Gerakan Pokok Seni Kethek Ogleng” membahas gerakan wajib dan glangsaran yang merupakan ciri khas dari Seni Kethek Ogleng. 

Seni Kethek Ogleng yang diciptakan oleh Sukiman/Sutiman mempunyai kekhasan dan keunikan, yakni terlihat natural dan terkesan  spontan.



Seni Kethek Ogleng tak seperti halnya seni tari lainnya, utamanya tari istana. Meskipun seni Kethek Ogleng mempunyai kekhasan yang  
demikian itu, tetapi menurut sang kreator ada yang tidak boleh ditinggalkan yaitu musik Glangsaran dan Enam gerakan yang meliputi (berjalan berjinjit seperti kera, berlari seperti kera dengan kaki dan tangan, gerakan mengambil makanan dari pengunjung, gerakan akrobatik, gerakan menghibur penonton dengan kelucuannya, dan membawa makanan atau barang dari pengunjung untuk di makan atau disimpan). Penjelasan imitasi gerakan kera dalam seni Kethek Ogleng dapat dicermati dalam buku “Gerakan Pokok Seni Kethek Ogleng”.

Alasan Sukiman membuat seni Kethek Oleng tidak berurutan disebabkan beliau mengimitasi gerakan kera yang gerakannya tidak bisa ditebak. Seni Kethek Ogleng yang gerakannya meniru atau imitasi tingkah laku kera gerakannya bebas namun terdapat gerakan pokok duduk, berlari, interaksi dengan penonton, akrobatik, menjaili penonton, dan membawa barang hasil menjaili penonton tersebut.

Enam gerakan wajib tari Kethek Ogleng tersebut harus selalu diajarkan dan dilestarikan baik untuk kegiatan di sanggar tari, sekolah maupun lembaga terkait.

Sukiman menjelaskan pentingnya glangsaran yang merupakan musik yang dominan dan tidak boleh diubah yang merupakan ciri khas dari tari Kethek Ogleng. Alat musik kenong dan gong sehingga menghasilkan suara khas iringan Kethek Ogleng yaitu dari suara gleng, gleng, gleng untuk mengiringi kethek atau kera dalam menari.

Oleh sebab itu jika ingin menampilkan seni Kethek Ogleng dalam balutan kekinan/sentuhan kontemporer, harus mempertahankan glangsaran dan enam pokok gerakan tersebut. Jika hal itu ditinggalkan karena maka akan menghilangkan keaslian Kethek Ogleng.

Selanjutnya, pada kesempatan ini tim penulis mengucapan terima kasih kepada Bapak Anggono Kusumo Wibowo, S.Sn.,M.Sn Dosen Intitut Seni Indonesia Surakarta yang telah memvalidasi gerakan pokok seni Kethek Ogleng; Sanggar Condro Wanoro sebagai mitra dalam mengumpulkan data baik dari narasumber maupun dalam kegiatan berkesenian Kethek Ogleng baik di acara formal maupun informal.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Sukiman dan keluarga,Pemerintah Kabupaten Pacitan, STKIP PGRI Pacitan, dan Tim Peneliti Bakti Sutopo, Arif Mustofa sehingga buku ini dapat terselesaikan dengan baik. (*)