Santri Jaman Now: Lentur Tetapi Tidak Luntur - .

Breaking

Cari Berita

21/10/25

Santri Jaman Now: Lentur Tetapi Tidak Luntur


Santri Jaman Now: Lentur Tetapi Tidak Luntur


*Kang Zain Mursid


"Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia,” sebuah tema tagline yang saya baca di sebuah banner besar pada tulisan Hari Santri Nasional 2025, ya sebuah tulisan dengan semangat baru, mengajak santri menatap masa depan dengan visi global tanpa meninggalkan akar spiritualnya.

Setiap tanggal 22 0ktober diperingati sebagai Hari Santri memang bukan hari libur nasional, tetapi setiap tahunnya ia menjadi momentum kebangkitan nilai: cinta tanah air, keikhlasan, dan semangat pengabdian.

Penetapan Hari Santri berakar dari peristiwa Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang digagas KH. Hasyim Asy’ari. Seruan itu membangkitkan semangat umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan menjadi tonggak penting lahirnya Hari Santri Nasional melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015.

Dulu, seruan KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 menggerakkan santri turun ke medan perang, memikul bambu runcing demi kemerdekaan bangsa. Kini, generasi santri memikul tanggung jawab lain: melawan kebodohan, kemiskinan, dan krisis moral yang tak kalah beratnya. Bambu runcing mereka berganti dengan laptop, kitab, dan tekad untuk berkarya.Semangat itu kini diteruskan dalam bentuk perjuangan baru — melawan kebodohan, kemiskinan, dan krisis moral.

Selain tema tagline hari santri yang menggelitik membangkitkan gelora semangat mengawal peradaban dunia,saya melihat logo HSN ini berbeda dari peringatan tahun-tahun sebelumnya,yaitu  gambar Pita Cakrawala, dengan warna - warna enerjik khas warnanya dinamika anak- anak muda Gen Z,

Dari situs laman web Kementerian Agama,saya melansir Logo resmi HSN 2025 bertajuk “Pita Cakrawala.” Pita itu melambangkan ikatan yang kuat dalam keberagaman, dan kelenturan menghadapi tantangan zaman. Cakrawala menggambarkan pandangan luas — simbol santri yang kini menatap dunia dengan visi global.

Enam warna dalam logo ini juga punya makna mendalam:

Hijau untuk iman, oranye untuk kreativitas, biru untuk ilmu, magenta untuk semangat perjuangan, kuning untuk akhlak mulia, dan ungu untuk kesatuan.

Warna-warna itu menggambarkan wajah santri Indonesia yang beragam, tapi satu tujuan: membangun peradaban yang berakar pada nilai-nilai spiritual dan kebangsaan,Simbol Pandangan Luas Santri.

Peringatan HSN 2025 ini tak sekadar upacara atau seremoni. Ia hadir lewat aksi nyata di berbagai daerah.Salah satunya, gerakan “Satu Santri Satu Pohon” — bentuk kepedulian ekologis yang menunjukkan bahwa mencintai bumi juga bagian dari ibadah hingga Expo Kemandirian Pesantren yang memamerkan inovasi di bidang pangan, kerajinan, hingga teknologi, serta Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional yang untuk pertama kalinya digelar di Indonesia.Dari Ekoteologi hingga Kemandirian Ekonomi.

Dari masa ke masa, santri selalu hadir dalam wajah yang berbeda.Jika dulu mereka turun ke medan perang, kini mereka turun ke ruang ide dan karya.

Santri masa kini bisa menjadi pengusaha, akademisi, peneliti, hingga pegiat lingkungan,tanpa meninggalkan akarnya sebagai pencinta ilmu dan penjaga moral bangsa. Meminjam istilah Gen Z, Santri Zaman Now": Lentur Tapi Tak Luntur".

Santri kini bukan sekadar penjaga surau. Ia adalah penjaga nurani bangsa. Dalam dirinya tersimpan keseimbangan antara tradisi dan inovasi.

Dan mungkin, di tengah hiruk-pikuk dunia yang semakin digital dan dingin, kita butuh lebih banyak "santri" — dalam arti mereka yang rendah hati, haus ilmu, dan tulus mengabdi.Karena pada akhirnya, santri bukan hanya status. Ia adalah sikap hidup.Selamat Hari Santri !



* Seorang Jurnalis  Tinggal di desa yang dulu pernah nyantri  di PP Walisongo Ngabar Ponorogo.