Topeng Monyet Antara Kesenian Tradisional dan Eksploitasi Hewan - .

Breaking

Cari Berita

14.5.17

Topeng Monyet Antara Kesenian Tradisional dan Eksploitasi Hewan

AENEWS9.COM MADIUN - Topeng Monyet adalah salah satu kesenian tradisional yang sejak dahulu sudah di kenal masyarakat terutama di Jawa.

Tandhak Bedhes atau Ledhek Kethek istilah penyebutan Topeng Monyet atau tontonan Monyet. Jenis kesenian yang melibatkan pawang yang melatih  se-ekor Monyet untuk melakukan berbagai aktifitas meniru tingkah laku manusia, seperti berdandan, pergi kepasar dengan diiringi alat musik yang di mainkan oleh satu atau beberapa orang. Biasanya alat musik yang di pakai sebuah kendang kecil yang di pukul atau di tamabah alat musik lain agar bisa semarak, sedangkan Monyet diikat dengan tali panjang agar mudah melakukan atraksi sesuai dengan perintah sang pawang.

Para pengamen Topeng Monyet ini biasanya memakai Monyet untuk pertunjukannya jenis Monyet spesies Macaca Fracicularis. Pertunjukan Topeng Monyet ini biasanya di mainkan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di daerah kawasan pemukiman.

Seperti pantauan aenews9.com, ada pertunjukan Topeng Monyet keliling sedang atraksi di salah satu rumah warga di daerah Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun. Penontonnya kebanyakan anak-anak, karena itu kedatangan rombongan pengamen Topeng Monyet selalu di sambut gembira oleh anak-anak. Kegembiraan anak-anak merupakan rezeki bagi pengamen topeng monyet.

Prapto (29) Pawang Topeng Monyet mengatakan, dirinya menggeluti profesi sebagai pengamen Topeng Monyet sudah hampir 8 tahun.

" Menjadi Pawang Topeng Monyet ini sudah 8 tahun saya lakukan, menggantikan bapak yang sudah meninggal, dan kebiasaan saya cuma ini," katanya.

Dia menuturkan, sejak bapaknya meninggal dia menggantikan untuk menjadi Pawang Topeng Monyet, melatih seekor Monyet untuk bisa beratraksi bukan pekerjaan mudah. Menurut Prapto, Monyet harus di latih sejak kecil, dan Monyet di pilih yang betina, minimal 1,5 tahun karena dalam waktu tersebut sudah bisa menguasai pelajaran dan siap diajak ngamen. Dipilihnya Monyet betina karena daya ingatnya bagus dan tidak lekas bosan.

Saat di tanya dari mana Monyet-monyet itu di dapatkan, Prapto mengaku membeli dari Pasar Hewan. " Beli di Pasar Hewan Njoyo Madiun seharga Rp200.000, Mas," terangnya.

Dia menuturkan kalau Kesenian Topeng Monyet ini juga sudah mulai punah, tidak ada yang mau melestarikan Kesenian Topeng Monyet ini. 

" Waktu jaman bapak saya, kalau dulu ngamen dengan Topeng Monyet bisa di jadikan penghasilan menghidupi keluarga, namun jaman sekarang sulit untuk bisa di katakan cukup untuk menghidupi keluarga,” imbuhnya.

" Kalau dulu ngamen sehari bisa mendapatkan Rp250.000, bisa buat makan dan kebutuhan rumah tangga, tapi kalau sekarang dapat Rp 60.000 sudah bagus dan uang segitu tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari," jelasnya.

Dewasa ini pro dan kontra mewarnai keberadaan Kesenian Topeng Monyet, satu sisi upaya pelestarian kesenian rakyat sejak jaman dulu, serta upaya ekonomi sebagai mata pencaharian bagi pelaku Topeng Monyet .Di lain pihak upaya pelarangan bagi atraksi Topeng Monyet adalah terkait hukum.

Pelarangan Topeng Monyet dasar hukumnya sangat jelas, yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) No 302 yang mengatur tentang Penyiksaan Hewan. Selain itu UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Pasal 66 ayat 2g. Peraturan Kementan Nomor 95 Tahun2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan Pasal 88 ayat 2.

Seperti diketahui bahwa kesenian Topeng Monyet itu juga salah satu bentuk eksploitasi terhadap hewan serta pengabaian kesejahteraan satwa.

Kesejahteraan satwa meliputi hak hidup bebas, hak bebas dari penyakit. Salah satu contoh, seringkali Monyet di tempatkan di kandang berukuran 30x40x30. Dengan kandang sekecil tersebut, Monyet rentan penyakit karena stress, dan Monyet adalah pembawa virus rabiees.(zam)