Biografi Kapten TNI AM Thalib, Pejuang dan Pahlawan Nasional yang Terlupakan - .

Breaking

Cari Berita

11.11.18

Biografi Kapten TNI AM Thalib, Pejuang dan Pahlawan Nasional yang Terlupakan

TriksandiSumsel (Aenews9.com) -Biografi AM.Thalib mungkin akan menjadi informasi sejarah yang perlu Anda ketahui. Pasalnya, pejuang kemerdekaan tersebut seperti telah dilupakan di buku-buku sejarah. Padahal berkat jasa-jasa semua pejuang, seperti A.M Thalib dan yang lainnya, Indonesia dapat mengumandangkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

A.M Thalib merupakan salah satu pejuang yang semasa hidupnya selain tentara pejuang pernah juga menjadi seorang jurnalis atau wartawan dan seorang pengusaha. Beliau sebagai tentara bersama-sama rakyat dan pejuang di Sumatra Selatan pernah mengangkat senjata melawan penjajah Belanda yang melakukan agresi militer pada tahun 1948. Selain itu, A.M Thalib secara tegas menolak ajakan Dewan Banteng untuk memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat (Jakarta).
A.M Thalib juga aktif di dunia sosial politik di Tanah Air. Kiprahnya pernah menjadi anggota atau jabatan strategis di beberapa partai politik. Beberapa sisi kehidupan dan perjuangannya membela Tanah Air akan diurai sebagai berikut:
Riwayat Perjuangan A.M Thalib di Dunia Militer
A.M Thalib pada tahun 1939 pernah menjadi Ketua Pemuda Sumber keresidenan sumatera selatan, pada tahun 1939 – 1942,duduk di Majelis Partai Parindra,( GAPI ) Gabungan Partai Politik Indonesia, dan menjabat Wakil Ketua Parindra.
Pada tahun 1942 – 1944, A.M Thalib jugah aktif di dunia jurnalis, sebagai redaktur/pimpinan koran Sinar Matahari dan majalah Fajar Menyingsing di Hodohan(koran milik jepang yang di rebut pribumi),untuk di ketahui pada masa itu dunia jurnalisme sedang gencar-gencarnya di kejar-kejar penjajah Jepang. Pasalnya, hampir semua media cetak yang dimiliki oleh orang pribumi selalu menyuarakan pergerakan nasional untuk kemerdekaan .

Pada tahun 1944 – 1945, A.M Thalib mendirikan Fonds Kemerdekaan Indonesia, bersama Mattjik agus, H. Tohir, dan Idris Asik. Setelah itu,tepatnya pada tahun 1945, A.M Thalib diangkat menjadi Kapten TNI dengan jabatan sebagai Kepala Penerangan Tentara Sub Komando Sumetra Selatan (SUB-KOSS). pada tahun 1947, beliau diangkat menjadi Kepala Seksi Mibilisasi Divisi Garuda Sumatra Selatan. Karir militer A.M Thalib terus merangkak naik.sampai merangkap jabatan sebagai Kepala Staf Umum (Intel ) Divisi Garuda SS.
Biografi A.M Thalib pada tahun 1948 – 1950, A.M Thalib menjabat Kepala Jawatan III (Intel) SUB-KOSS, serta merangkap sebagai anggota majelis Mahkamah Militer Sumatra Selatan.

Pada waktu itu, pihak militer Indonesia memang sedang kekurangan sumber daya manusia pasca Proklamasi Kemerdekaan 1945. Oleh karena itu, tidak sedikit perwira militer yang merangkap jabatan di posisi strategis, seperti yang dialami A.M Thalib.
Pada tahun 1949, A.M Thalib diangkat sebagai Kepala Penerangan Gubernur Militer Sumatra Selatan. Keahliannya di dunia jurnalis yang pernah di dapatnya sebelum menjadi tentara dianggap istimewa, sehingga dipercaya untuk jabatan penerangan.

Pada tahun yang sama, beliau menjadi anggota Local joint Committe Republik Indonesia saat diselenggarakan komite Tiga Negara di propinsi Jambi.

pada tahun 1950, A.M Thalib mengundurkan diri dari ketentaraan( TNI). Namun, sebelum menerima Surat Pemberhentian secara resmi, pada bulan Januari – Mei beliau sempat menjabat sebagai Kepala Basis Komando Tentara Kota Palembang. Akhirnya, pada bulan Mei 1950, A.M Thalib mengundurkan diri dengan hormat dan dikabulkan oleh markas besar TNI jakarta.

A.M Thalib menerima menerima anugerah 3 bintang jasa yang berupa 3 buah Satya Lencana, antara lain Bintang Gerilya RI, Bintang Clash 1 (Satya Lencana Perang Kemerdekaan Ke-I), Bintang Clash II (Satya Lencana Perang Kemerdekaan Ke-II, dan sebagai anggota Veteran Pejuang Kemerdekaan RI golongan A.
Kiprah A.M Thalib di Dunia Sosial, Politik, dan Ekonomi Indonesia Pasca Kemerdekaan RI
Setelah mengundurkan diri dari dunia militer, A.M Thalib tidak berhenti untuk berkiprah di Tanah Air. Beliau terus berkarya dan ikut membangun negeri, baik dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Beberapa kiprahnya antara lain:
Pada tahun 1951, A.M Thalib mendirikan sebuah perusahaan Firma Kebangkan & Co Palembang.beralamat jalan segaran 9 ilir. Pada saat itu, beliau langsung menjadi direktur utama.
pada tahun 1951 – 1956, beliau menjabat sebagai Ketua Persatuan Pengusaha Pedagang Andalan Selatan (PPPIAS), Wakil Ketua Partai Persatuan Kaum Tani Indonesia, (PKT), serta anggota DPR Palembang pada Masa Peralihan.
Memasuki tahun 1955, A.M Thalib . Dalam konferensi IP-KI Sumatra Selatan di tahun 1963 terpilih menjadi Ketua Umum IP-KI wilayah Sumatra Selatan. Dan pada tahun 1957 – 1958, beliau aktif di gerakan daerah Sumatra Selatan dalam perjuangan pembangunan daerah dan menentang keras partai komunis indonesia(PKI) pada masa itu.
Pada tahun 1966, A.M Thalib menjabat sebagai Ketua Seksi Sosial Politik Corps Sriwijaya sub Komando bemarkas di Jakarta.
Selanjutnya pada tahun 1968, mendirikan Indonesia Business Centre (IBC) Provinsi Sumatra Selatan.dan menjadi ketua umumnya.
Pada tahun 1969 Departemen Perdagangan RI, A.M Thalib ditunjuk sebagai Ketua Koordinator sindikat Gula Pasir Seluruh Indonesia.
pada tahun 1971, beliau menjabat Ketua Presidium Konsentrasi Usahawan SOKSI di Jakarta.
Pada tahun 1971 – 1973, A.M Thalib menjabat menjadi Wakil Koordinator/penasehat partai Golkar dan Wakil Ketua KADIN Pusat. Saat itu yang menjadi ketua KADIN adalah Mayjen Sofyar yang (Direktur Perusahaan Penerbangan Mendala/Seulawah)
A.M Thalib juga menjadi Anggota Paripurna Angkatan 45 Sumatra Selatan. Beliau yang memprakarsai pendirian Yayasan SUB-KOSS Garuda Sriwijaya dan Meseum Perjuangan di lubuk Linggau. Sementara di kepengurusan yayasan, beliau menjabat sebagai wakil Ketua umum, yang pada saat itu yang menjadi ketua umumnya adalah mayjen Tni. Purn. Simbolon.
Peristiwa Penyerangan Belanda ke Sumatra Selatan Tahun 1949
Pasca Proklamasi Kemerdekaan RI Belanda dengan berbagai kekuatan tempurnya melancarkan Agresi militernya di Sumatra Selatan. Pada saat itu, A.M Thalib menjabat Kepala Penerangan Gubernur Militer Sumatra Selatan dan masih merangkap di Intel.
Pada tanggal 29 Desember 1948, informasi datang dari Intel pusat bahwa akan terjadi penyerangan besar-besaran yang dilakukan oleh Belanda,yang sudah dulu melancarkan agresinya di Pulau Jawa. Maka tidak menutup kemungkinan juga akan menyerang palembang. Akhirnya terbukti , Belanda menyerang Sumatra Selatan dengan menurunkan pasukan ,namun A.M Thalib beserta tentara di Sumatra Selatan,di antaranya,Kapten Rifa,i,Lettu Alamsyah Ratuprawiranegara,Lettu Asnawi Mangkualam,bersepakat untuk melakukan strategi bumi hangus, yaitu dengan slogan ‘Kita Bakar Sumatra Selatan’. Artinya, semua fasilitas yang digunakan oleh Belanda dihancurkan secara total, baik itu gedung-gedung, jalan raya, jembatan, bahkan kebun-kebun juga tidak luput dibumihanguskan. dengan begitu Secara tidak langsung perekonomian yang dikelola oleh belanda, serta pergerakan pasukan belanda menjadi kolaps dan hancur .
kedatangan belanda dan menyerang Sumatra Selatan dengan membabi buta.Ahirnya perang tersebut terjadi berlarut selama 5 hari 5
malam.Namun, A.M Thalib dengan semua pejuang yang ada tetap gigih melawan Belanda.
A.M Thalib berhasil menguasai radio RRI,tepatnya di jalan veteran 9 ilir, dan menyiarkanke seluruh pelosok negeri,bahwa di Sumatra Selatan telah terjadi perang besar-besaran antara pejuang Sumatera Selatan melawan agresi Belanda. yang mana saat tersebut bertepatan, ibukota Indonesia berada di Yogyakarta.
Berita tersebut hingga tersiar ke luar
negeri.saat itu India Mengetahui telah terjadi agresi belanda di indonesia , Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk tindakan agresi militer yang dilancarkan Belanda tersebut. atas desakan Konferensi New Delhi pada tanggal 29 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB akhirnya mengeluarkan resolusi keras terhadap Belanda.
pada tahun 1948 A.M Thalib ditugaskan oleh markas besar TNI yang berkedudukan di Yogyakarta untuk mempersatukan kelompok-kelompok laskar pejuang yang ada di daerah di Sumatra Selatan. Akhirnya laskar pejuang, seperti Napindo, Pesindo, Hisbullah, dan TKR melebur menjadi TNI.
Melawan Kelompok Radikal yang Ingin Melepaskan Diri dari Indonesia
Pada tahun 1957, di Sumatra Selatan terjadi pergerakan-pergerakan yang dilakukan oleh beberapa kelompok kecil yang sporadis dengan tujuan disintegrasi bangsa. Oleh karenanya, A.M Thalib beserta Mr Malikuswari Mochtar dan tentara Sriwijaya/Sumatra Selatan tidak ikut dalam gerakan PRRI.
A.M Thalib bersama dengan delegasi dan tokoh-tokoh Sumatra Selatan, seperti Letkol Barlian, Mr M Ali Amin selaku pejabat gubernur Sumatra Selatan, Residen Rozak, Mr Malikuswari Mochtar, dan lain-lain berangkat ke kota Padang. Pertemuan tersebut dilakukan atas ajakan dewan Banteng yang ingin memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat (Jakarta). A.M Thalib beserta rombongan tidak ingin hal itu terjadi karena hanya akan menyengsarakan penduduk Sumatra Selatan secara keseluruhan.
Pada saat itu, A.M Thalib berbicara langsung mewakili delegasi dan atas nama rakyat Sumatra Selatan menolak ajakan tersebut. A.M Thalib secara detail dan gamblang tentang kerugian bila rencana Dewan Banteng dilanjutkan.
Itulah sedikit tulisan biografi A.M Thalib
sampai ahirnya beliau meninggalkan bumi tercinta indonesia, wafat pada usia 78 Tahun, tepatnya 17/06/2000 lalu .Atas semua jasa-jasa beliau sebagai pejuang yang ikut memerdekaan Negara Republik Indonesia,Jasadnya di makamkan di taman makam pahlawan nasional Kalibata jakarta di blok I,permintaan markas besar TNI di jakarta dan atas nama pemerintah.
Itulah yang bisa di informasikan,untuk lebih lengkapnya bisa di baca sejarah perang 5 hari 5 malam di palembang.
Semoga dapat bermanfaat.

Sumber -Sejarah pertempuran 5 hari 5 malam di palembang.